Jumat, 16 November 2012

Cinta Suci Zahrana


“Untuk apa penghargaan kalau cuma bikin malu keluarga?”
Demikian dialog yang diungkapkan Bapak pada Zahrana, tepatnya Ir. Dewi Zahrana, M.Sc. Kepulangan Zahrana ke rumah setelah mendapat penghargaan dari luar negeri sepantasnya disambut bahagia oleh Bapak-Ibunya. Sayang, Bapak hanya menyambut dingin kepulangan Rana, seorang gadis pintar yang berprofesi sebagai dosen. Memiliki anak gadis sekaligus anak satu-satunya, tentu saja harapan Bapak, begitu juga dengan Ibu, adalah memiliki anak yang pintar, sukses, dan juga: menikah. Hal terakhir inilah yang lebih diharapkan Bapak. Tak ada hal yang lebih membanggakan bagi Bapak selain melihat Rana menikah sebelum ajal menjemput.
Seperti lebaran di tahun-tahun sebelumnya, libur lebaran saya pasti diisi dengan silaturahmi ke bioskop. Memang, di tiap lebaran, bioskop selalu mengeluarkan film-film bagus. Dan di tahun ini, salah satu film Indonesia yang berkualitas adalah Cinta Suci Zahrana.
Seperti novel-novel mahakarya Kang Abik sebelumnya, seperti Ayat-Ayat Cinta, KCB 1 dan 2, Dalam Mihrab Cinta yang akhirnya menjadi sebuah film laris, novel Kang Abik berikutnya yang berjudul Cinta Suci Zahrana juga kembali di-film-kan. Bila bicara sebuah novel yang akhirnya menjadi film, pertanyaan masyarakat, khususnya para pembaca: apa film nya akan sebagus novelnya?
Alur Cerita
Bila di film Ayat-Ayat Cinta, pembaca banyak yang kecewa karena alur cerita yang berbeda dengan novel. Lalu pada KCB, pembaca cukup puas dengan kualitas film karena alur cerita tidak melenceng dari novel, walau ada juga yang sedikit kecewa karena film ini ‘bersambung’. Suatu hal yang menurut saya wajar, mengingat novel KCB pun juga ada dua buku. Saya memaklumi script writer nya jika mengalami kesulitan merangkum dua novel tebal ini. Kalau memang ada pertimbangan bisnis, menurut saya juga masih wajar, jadi isi novel tersebut tidak banyak yang dibuang. Buktinya pembaca dan penonton jadi penasaran menanti KCB 2.
Lantas bagaimana dengan Cinta Suci Zahrana? Sama seperti ketika saya menonton film Dalam Mihrab Cinta, perjalanan film Kang Abik selalu dan semakin berkualitas. Alur cerita juga sama seperti novel, tidak banyak isi novel yang terbuang. Mengingat kedua novel ini juga tidak begitu tebal, jadi tak susah untuk ‘memberi nyawa’ pada setiap cerita yang ada.
Kualitas Akting
Ir. Dewi Zahrana, M.Sc, yang diperankan oleh Meyda Sefira. Kalau saya tidak salah, aktingnya dimulai ketika berperan menjadi Husna, adiknya Azzam dalam film KCB. Lalu menjadi istri Dude Herlino dalam film ‘Dalam Mihrab Cinta’. Dan sekarang Meyda berperan sebagai Zahrana, tokoh utama dalam film ini. Pantaskah jika Meyda (masih) dibilang pendatang baru dalam dunia per-film-an? Apapun sebutannya, bagi saya, peran Meyda dalam setiap film nya sangat natural, tidak seperti sedang berakting. Saya tidak tahu apakah keseharian Meyda juga berhijab, namun aura nya tidak bisa dibohongi kalau dia seorang perempuan muslimah yang anggun dan cerdas.
Untuk akting pemain lainnya, saya rasa tak perlu dibahas lagi, mengingat yang berperan sebagai orang-tua Meyda saja seorang pemain kawakan. Tidak ada kekakuan antara Meyda ‘Zahrana’ dengan orang-tuanya. Untuk tokoh lain, ini pertama kalinya saya menonton akting Miller yang berperan sebagai mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi, lulus, wisuda, jadi pengusaha, dan akhirnya menikah dengan sang dosen pembimbing.
Dan walau hanya berperan sebagai ‘cameo’ saja, akting Azzam (ah saya lupa nama aslinya, sepertinya Holidi) sebagai Rahmad sang penjual kerupuk, juga tak kalah berkarakter. Penghuni bioskop begitu terpukau ketika pas adegan Rahmad memutar badannya, dan ketika di-close up wajahnya, banyak yang bergumam, “Azzam…” Aktingnya juga begitu natural, mengingat Azzam juga memiliki aura ‘cowok baik-baik’, sangat pas berperan sebagai santrinya Pak Kiai yang berprofesi sebagai penjual kerupuk.
Pesan Moral
Film berkualitas memang tak hanya mampu menghibur penonton, namun juga memberi pesan moral untuk penontonnya. Seperti beberapa karya Kang Abik yang sudah saya baca dan tonton, memang sebuah fiksi yang tak jauh dari kehidupan nyata.
Sikap Bapak yang begitu dingin pada Rana, semua itu akibat dari rasa malu beliau karena memiliki anak gadis yang belum menikah. Kalimat ketus yang diungkapkan Bapak, seakan-akan semua itu adalah kebodohan Rana. Dalam dunia nyata, begitu banyak orang-tua yang bersikap seperti ‘Bapak’. Mereka lupa, bahwa jodoh merupakan hadiah terindah dari Tuhan. Bila Tuhan belum memberikan hadiah tersebut, lantas siapa yang harus dipersalahkan?
Dalam film tersebut juga diceritakan bahwa Rana sulit dapat jodoh karena sekolahnya yang mencapai S2, menjadi dosen berkualitas, dan mendapat penghargaan di mana-mana. Inilah yang (katanya) membuat lelaki jadi minder untuk mendekati Rana. Hal ini lah yang membuat sebagian perempuan beralasan: jadi cewek nggak usah kelewat pinter, ntar nggak ada cowok yang mau!
Benarkah menjadi perempuan cerdas merupakan suatu kesalahan? Di zaman yang penuh kompetisi seperti sekarang ini, menurut saya, menjadi perempuan cerdas itu wajib. Ada banyak hal yang membuat perempuan harus cerdas. Bayangkan bila seorang perempuan, calon Ibu, tidak mengerti apa-apa tentang kesehatan, gizi apa yang nantinya akan diberikan untuk calon anak-anak mereka, konsep pendidikan seperti apa yang nantinya akan diajarkan pada calon anak-anaknya, dan lagi, sejauh mana dia ‘mengenalkan Tuhan’ pada calon anak-anaknya kelak. Inilah alasannya perempuan harus cerdas, mengetahui banyak hal.
Apakah pendidikan dan karier perempuan begitu menakutkan bagi lelaki? Saya rasa dua hal tersebut bukanlah seperti monster yang nantinya akan menakutkan para lelaki. Ya, seperti prinsip Rana, “Aku hanya memilih lelaki yang sholeh!” Dalam kehidupan nyata pun, banyak perempuan yang pendidikan dan karier nya lebih tinggi dari suaminya. Lantas kenapa perempuan tersebut mau menerima ‘pinangan’ lelaki yang pendidikan dan kariernya di bawah dia. Ya, kembali lagi seperti alasan yang seakan Rana ungkapkan: tak ada rumah-tangga yang lebih indah, selain memilih pemimpin rumah-tangga yang baik dan bertanggung-jawab. Jadi sekalipun pendidikan suami lebih rendah, bukan lantas dia bodoh. Seperti yang sahabat Rana katakan, “Suamiku nggak pake sarjana-sarjanaan, tapi dia pintar dan bertanggung-jawab”. Karier dan penghasilan suami yang lebih rendah juga tak perlu menjadi bumerang dalam rumah-tangga, seperti yang Rana katakan, “Untuk masalah rejeki, Insya Allah tak masalah. Kan aku juga akan terus mengajar.” Ya, bila saling mencintai, saling tolong menolonglah…
Seperti yang masyarakat juga sering katakan, “Gimana mau dapet jodoh, kalau nggak ada usahanya!” Begini juga kira-kira yang Ibu Zahrana katakan, “Coba kamu minta tolong sama Kiai. Siapa tau beliau punya santri yang cocok.” Demi membahagiakan hati Bapak dan Ibu, Rana pun datang bersama sahabat menemui ‘Nyai’ yang merupakan istri Pak Kiai. Setelah berembuk dengan Pak Kiai, Nyai pun mengusulkan agar Rana mengenal Rahmad, ‘hanya’ seorang tukang kerupuk. Awalnya Rana kecewa (lagi-lagi ekspresi Meyda di scene ini begitu natural) namun sekali lagi, demi cepat menikah, Rana pun menyetujui saran Nyai. Penonton jadi tertawa ketika tukang kerupuk yang pertama merupakan orang yang salah, maaf kalau saya bilang ‘jelek’. Dan kami begitu terpukau ketika melihat tukang kerupuk kedua, yaitu Azzam.
Melihat tukang kerupuk yang ganteng, Rana mendadak jatuh cinta. Ditambah lagi dengan feeling Ibu yang menganggap kalau Rahmad merupakan lelaki baik-baik, apalagi kandidat yang diusulkan Pak Kiai dan Nyai. Bapak dan Ibu segera ‘melamar’ Rahmad melalui Pak Kiai dan Nyai, sebagai wali Rahmad di pesantren.
Ya, seperti sebagian lelaki pada umumnya. Rahmad awalnya juga nggak yakin, “Apa Bapak dan Ibu sungguh-sungguh? Mengingat saya dan anak Bapak ‘berbeda jauh’? Bapak begitu mantap mengatakan, “Bagi kami yang penting anak kami menikah dengan lelaki sholeh.” Pernikahan pun segera digelar.
Ketika Calon Jodoh Sudah Ada di Depan Mata
Sebelum pertemuannya dengan Rahmad, Rana juga sempat dilamar oleh Rektor di kampusnya. Predikat Pak (aduh saya lupa namanya) sebagai lelaki kaya, punya lima pom bensin, pemegang saham kampus juga, tapi hobinya tukang kawin, membuat Rana enggan menerima pinangan tersebut. Walau Bapak dan Ibu begitu kecewa dengan keputusan Rana yang menolak atasannya, namun Rana sudah berprinsip, “Calon suamiku harus lelaki baik-baik.” Demikian juga saran dari sahabat Rana. Dia berusaha tegar ketika Bapak dan Ibu mengatakan, “Lelaki seperti apa lagi yang kamu inginkan?”
Penonton kembali tertawa ketika calon kedua datang, yaitu seorang satpam, kandidat dari tatangganya. Si satpam jaim tidak lolos seleksi oleh Rana dan juga Bapak, mengingat lelaki itu tak bisa membaca Al-Qur’an. Scene ini benar-benar lucu dan sangat mengibur.
Lalu ada lagi lelaki kaya yang ingin memberikan mobil pada Rana. Namun karena gaya bicaranya yang membuat Bapak muak, lelaki itu akhirnya ‘disuruh pulang’. Adegan ini juga mampu membuat penonton tertawa.
Hingga pada akhirnya Rana bertemu Rahmad. Sayang, ketika besok pagi akan menikah, malam sebelumnya Rana mendapat kabar bahwa Rahmad kecelakaan dan meninggal. Rana begitu terguncang dan pingsan. Bapak jantungnya jadi kumat, dilarikan ke rumah sakit, dan meninggal. Di malam yang sama, Rana kehilangan dua orang yang dia cintai.
Karena jiwanya begitu terguncang, Rana pun dirawat ke rumah sakit, berkenalan dengan psikiater yang ternyata Ibu dari Hasan (Miller) yang dulunya merupakan mahasiswa Rana. Kedekatan Rana-Hasan-dan Ibu Hasan, membuat Hasan jadi mantap melamar Rana, melalui Ibunya. Mungkin ada yang menganggap, ‘Ah nggak macho, kok bukan Hasan sendiri yang melamar?’ Ya, kalau yang mengerti etika Islam, pasti nggak akan bilang seperti ini.
Awalnya Rana sempat nggak yakin, mengingat Hasan merupakan ‘berondong’ atau usianya lebih muda dari Rana. Dan lagi mengingat Ibu Hasan telah mengenal Rana, “Apa mungkin Ibu mau menerima saya sebagai menantu?” Kemantapan hati Ibu Hasan membuat Rana akhirnya berucap, “Aku terima dengan syarat… Aku ingin menikah ba’da Isya.” (Hal yang sama ketika Azzam dan Anna menikah, mendadak dan pada saat ba’da Isya).
Habis sudah penantian Rana akan sebuah jodoh. Ketika dirinya ikhlas untuk menikah dengan lelaki manapaun (asalkan sholeh) termasuk ketika dirinya ikhlas menjadi calon istri penjual kerupuk, malah membuat Rana mendapat jodoh yang sangat ideal: (lebih) muda, pintar, mapan, dan pastinya agama baik. Saya sempat terkecoh ketika Hasan yang begitu dekat dengan seorang gadis, yang ternyata gadis itu merupakan adik bungsu ayahnya, “Harusnya aku manggil dia ‘Bibi’, namun karena aku lebih tua, jadi dia panggil aku ‘Mas’”.
Film ini sangat baik untuk ditonton semua kalangan, kecuali kalau ada yang menganggap bahwa tak ada satupun film Indonesia yang bagus. Bagi para perempuan, jangan pernah takut untuk sekolah setinggi mungkin, berkarier, dan berkarya. Jangan pernah hiraukan ungkapan bahwa tidak ada lelaki yang jatuh cinta dengan perempuan cerdas. Biarkan saja jika ada sebagian lelaki yang seleranya adalah perempuan bodoh. Toh saya yakin ada banyak lelaki yang lebih memilih perempuan cerdas dan baik, mengingat nantinya mereka akan menitipkan anak-anak mereka pada kita, menitipkan penghasilannya pada kita untuk kebutuhan rumah-tangga, untuk menjadi sahabat dan penasehat mereka, untuk membantu mereka mencari nafkah juga. Ya, perempuan cerdas memang banyak gunanya.
Menjadi perempuan cerdas juga membuat perempuan hati-hati memilih pasangan. Hati-hati memilih bukan lantas ‘banyak tingkah’. Adanya istilah ‘perawan tua’ sepertinya yang diungkapkan bos Rana karena Rana menolak pinangannya, membuat banyak perempuan lebih memilih lelaki ‘asal tangkap’, daripada banyak mikir malah nantinya jadi perawan tua. Jadilah seperti Rana, tidak banyak kriteria, namun lelaki tersebut harus dekat dengan agama, malah membuat dirinya mendapat jodoh lebih dari yang dia minta. Ya, mari kita bijak memilih lelaki. Pernikahan bukanlah adu balap gelar dan penghasilan. Tak perlu memilih lelaki yang sekolah dan karier serta penghasilan lebih tinggi. Yang penting baik, tanggung-jawab, dan pastinya: bukan pengangguran.
Sedangkan untuk para orang-tua, jangan pernah menghakimi anak gadis yang belum menikah. Mendoakan jauh lebih baik daripada terus menyalahkan. “Aku ikhlas berkorban demi Bapak!” “Tapi kamu ndak perlu mengorbankan hatimu!” Dialog yang cukup membuat nyesss. Ya, jangan sampai pernikahan didasari karena paksaan dari orang-lain. Menikahnya karena kita telah memiliki calon suami yang baik, dan kita pun sama-sama siap berumah-tangga.
Nikah sama berondong, inilah ending dari film ini. Ya, bagi sebagian orang memang agak aneh jika ada perempuan yang suaminya lebih muda. Padahal, banyak juga perempuan yang langgeng dengan suami lebih muda namun dewasa. So, lelaki lebih tua, seumuran, atau lebih muda, yang penting agamanya bagus…

anda bisa mendowload nya disini...
Klik DISINI Yaaaaaa..............

Senin, 02 Januari 2012

SANDIWARA LANGIT

Resensi


Saya akan mulai dengan pengantar dari penerbit yang bagi saya cukup mewakili untuk menggambarkan buku ini, dan berikutnya akan saya tuliskan beberapa sinopsis singkat dari paragraf-paragraf penting yang terdapat dalam bab-bab buku ini.
Adalah Rizqaan, tokoh utama dalam buku ini, salah satu contoh, dari segelintir umat manusia yang secara apik dianugerahi kekuatan dalam menjalani semua takdirnya, yang teramat berat dan sakit menyayat, namun begit penuh hikmah na harum dan indah memikat.
“Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperolah kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut istrinya.” (Riwayat Ahmad dan Abu dawud)
Ia adalah pemuda shalih, yang berjuang keras menyelamatkan diri dari fitnah membujang, dengan segera menikah dengan segala keterbatasan yang ada. Modal belum ada, pekerjaan pun tak punya. Dan Halimah pemudi yang juga shalihah, putri pak rozaq, seorang pengusaha kaya raya menjadi pilhannya. Meski dari keluarga apa adanya, sebagai muslim idealis, ia tak gentar menemui keluarga Halimah, untuk maju meminang. Terkesan nekat, tetapi begitulah, selama itu adalah kebenaran yang diyakin, pantang bagi rizqaan untuk bersurut langkah.
Keunikan kisah ini, dimulai ketika pak rozaq mau menikahkan mereka, namun dengan satu syarat. Bila dalam sepuluh tahu ia tidak bisa “sukses” (baca: kaya raya menurut barometernya) dan “membahagiakan” Halimah, maka ia harus menceraikannya.
Ah, hidup memang benar-benar penuh hal tak terduga, yang kadang begitu sulit dipercaya. Yang tak jarang memaksa kita untuk menerima realita, bahwa itu memang benar terjadi adanya. Selama sepuluh tahun itu, mereka makin menemukan cinta sejati, cinta hanya karena dan kepada Allah semata. Makin kuat, mengakar dan menghebat, lebih dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Mengokohkan jiwa mereka dan menhadapi segala badai yang menerpa, dari kematian ayah Rizqaan dala kebakaran pabrik, yang juga membangkrutkan usahanya, hingga berujung pada perceraian yang dipaksakan, demi menepati perjanjian. Atau kisah kematian Halimah yang begitu dramatis, sampai kebesaran hati Rizqaan memaafkan ‘dalang’ penyebab kebakaran sekaligus kematian ayahnya.
Yang istimewa, cerita yang tersaji dalam buku ini, adalah pemaparan kembali dari kisah nyata yang-insyaAllah- benar-benar terjadi, untuk bersama kita petik hikmahnya. Makin memikat, saat penyusun kisah, Ustadz kami Abu Umar Basyier Al-maedany, juga menyisipkan dalil-dalil Al Qur’an dan Assunnah untuk makin memperkuat bahasan.
Sangat berbeda dengan buku “sejenis” yang terlanjur meracuni umat, dengan kisah fiktif, sandiwara atau satra penuh rekayasa. “Racun” tersebut semakin kabur dan sulit dikenali, dengan pelabelan Islami yang sangat dipaksakan, entah itu pada novel maupun cerpen murahan dan kawan-kawannya. Bagaimanapun, secara umum Islam tidak pernah mengajarkan dusta untuk mencapai –semulia apapun- tujuannya.

Sinopsis singkat (bagian warna adalah kutipan dari buku) 

Sandiwara Langit. Demikianlah judul buku ini. Berisi tentang kisah seorang anak manusia bernama Rizqaan. Pemuda shalih yang ingin segera menikah karena merasa sudah tidak mampu lagi untuk menjaga gejolak syahwatnya yang sudah begitu menggelora. Pernikahan adalah langkah terakhir yang ia pilih setelah beragam cara seperti puasa Dawud (puasa sehari dan berbuka sehari) sudah tidak mampu lagi menolongnya untuk meredam gejolak tersebut.

Calon istri sudah ia dapatkan. Seorang pemudi sholihah bernama Halimah. Akan tetapi, karena ia hanyalah pemuda miskin yang tidak memiliki penghasilan tetap, maka sewaktu ia melamar Halimah, ayah Halimah memberikan sebuah persyaratan yang terdengar aneh. Rizqaan akan dinikahkan dengan Halimah asalkan dalam waktu 10 tahun usia pernikahan mereka, Rizqaan harus sudah bisa memberikan penghidupan yang layak bagi putri semata wayangnya tersebut. Jika tidak, maka mereka harus bercerai dan mengakhiri pernikahan mereka. Meski terasa aneh, Rizqaan menerima juga persyaratan tersebut. Pernikahan pun dilangsungkan secara sederhana dan dalam ijab kabul dibacakan shigat ta'liq yang salah satunya adalah persyaratan "aneh" itu.

Setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri, mereka mengontrak sebuah rumah sederhana di dekat kota. Uang untuk mengontrak rumah berasal dari pemberian ayah Rizqaan yang menjual perhiasan milik ibu Rizqaan.

Hari demi hari mereka lalui. Rizqaan mencari maisyah dengan berjualan roti keliling. Singkat cerita, Rizqaan berhasil menjadi seorang pengusaha roti yang sukses dan lumayan kaya.

Hanya dua hari menjelang sepuluh tahun usia pernikahan mereka, terjadilah musibah yang menimpa. Kebakaran menghanguskan pabrik roti dan rumah Rizqaan. Dalam peristiwa tersebut, ayah Rizqaan meninggal dunia karena luka bakar yang dialaminya.

Ketika berada di Rumah Sakit untuk mengobati ibu Rizqaan yang juga terluka parah, datanglah orangtua Halimah. Mereka tidak tampak merasa sedih dengan musibah yang dialami oleh anak dan menantunya tersebut. Ayah Halimah malah meminta Rizqaan untuk memenuhi janji yang ia ikrarkan 10 tahun yang lalu. Ya, tepat di usia 10 tahun pernikahan mereka, Rizqaan memang tidak memiliki apa-apa lagi. Ia pun dianggap gagal memenuhi janjinya. Pada hari itu juga, di rumah sakit itu, Rizqaan dan Halimah, sepasang suami istri yang sholih dan sholihah, sepasang suami istri yang selalu harmonis dan saling mencintai, harus bercerai. Halimah pun dibawa kerumah orang tuanya saat itu juga.

Pria Muda yang ingin menikah
“Begini ustadz. Usia saya sekarang baru 18 tahun. Namun terus terang, saya sudah ingin sekali menikah. Saya khawatir terjebak dalam perzinaan, bila saya harus menunda menikah lebih lama lagi.” Tanpa sungkan pemuda itu menceritakan keinginannya. Cerita itu sendiri sejatinya sudah memuat pertanyaan. Namun saya ingin tahu lebih jauh. Saya biarkan dia terus bercerita.
“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tidak kuat menahan godaan syahwat. Saya telaten puasa dawud satu tahun ini, untuk menjalankan sunnah Rasul. Gejolak itu memang teredam sebagiannya. Namun yang masih tersisa begitu kuat. Dan saya merasa tersiksa. Apa saya sudah layak menikah ustadz?”

Berikutnya terjadi tanya jawab antara pemuda tersebut dan sang ustadz, seputar pernikahan, kondisi pemuda tersebut yang memang belum mapan, dan tidak mempunyai pekerjaan, dan kemauan dari calon mertuanya untuk menikahkan putrinya dengan pemuda yang sudah mapan. Sang ustadz pun menyarankan agar pemuda tersebut memusyawarahkan hal tersebut dengan orang tua sang calon.
Kesepakatan atau perjudian?
“Calon mertua saya itu ternyata orang yang berpendirian kuat, tapi ambisius. Ia bersedia menikahkan saya dengan putrinya, tapi dengan sebuah tantangan.”
“Tantangan”
“Ya. Ia menantang saya, dengan justru tidak akan membantu kami, bila kami menikah. Ia memang bukan konglomerat ustadz, tapi hidupnya sangat berkecukupan. Setidaknya ia bisa membantu kami bila suatu saat kami hidup kesusahan. Dan ia sesungguhnya tak ingin putrinya hidup serba kekurangan sepanjang hayat. Tapi bila sudah berkeluarga, ia ingin putrinya tidak lagi bergantung kepadanya. Ia menantang bahwa dalam sepuluh tahun saya harus dapat memberi penghidupan yang layak buat putrinya. Kami sudah harus memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bila tidak, ia meminta saya menceraikannya. Dan uniknya ia meminta hal itu diucapkan saat akad nikah, sebagai syarat”
Pemuda dan sang ustadz kemudian berdialog tentang hukum adanya syarat seperti itu.
Sosok kedua tokoh utama (dalam 2 bab)
Pada bab berikutnya, digambarkan latar belakang kehidupan pemuda shalih bernama Rizqaan ini dan juga pemudi shalihah bernama Halimah, yang nampaknya mempunyai beberapa kesamaan dan idealisme yang membuat mereka cocok satu sama lain. Rizqaan adalah seorang penuntut ilmu yang gigih yang langka dimana dikala kalangan pemuda yang lainnya larut dalam kehidupan dunia muda dengan beragam fenomenanya. Halimah adalah sosok muslimah yang teguh menjalani fitrahnya menjadi seorang muslimah kaffah dilingkungan keluarga yang jauh dari nilai agama.
Lembar-lembar kehidupan (dalam beberapa bab)
Dan bab-bab selanjutnya adalah torehan tinta dari perjalanan panjang dan melelahkan dari babak-babak kehidupan dua orang muda-mudi dalam mengayuh dayung sebuah biduk kecil bernama rumah tangga yang mereka bangun dengan dasar ketaqwaan kepada Rabb mereka. Bermacam ujian dan cobaan yang digambarkan, namun senantiasa dihadapi oleh mereka dengan suatu sikap yang sudah selayaknya dimiliki oleh seorang muslim. Juga sampai pada masa-masa cobaan yang mereka sudah bukan dalam bentuk kesulitan namun justru suatu nikmat yang bisa saja menjerumuskan mereka ke jurang kenistaan.
Rizqaan memulai perjuangannya memberi nafkah kepada istrinya dengan mencoba berdagang menjajakan roti dari suatu pabrik dari sedikit modal yang dimilikinya. Kedua insan ini memulai hidup dalam keprihatinan, namun mereka tetap sabar dan yakin akan ketentuan yang diberikan Allah kepada mereka. Dari mulai diceritakan saat-saat mereka hanya makan nasi putih dengan garam dan bawang goreng, dan bermacam cobaan lainnya. Berkat kegigihan dan kejujuran Rizqaan dalam berdagang, juga kesabaran Halimah istrinya untuk menerima keadaan mereka dan keuletannya me-manage keuangan rumah tangga. Pelan tapi pasti kehidupan keduanya berangsur membaik. Rizqaan menjadi penjual roti keliling yang sukses, berkat kejujurannya dan teguhnya memegang prinsip agamanya untuk tidak berdekatan dengan segala hal yang berbau haram maupun syubhat yang melingkupi bidang pekerjaannya. Rizqaan adalah tipe pekerja keras, namun ia bukanlah hamba dunia. Ia bekerja keras untuk mendapatkan dunia, namun ia berniat menundukkan dunia itu agar menjadi ladang akhirat baginya. Kehidupan ruhaninya yang dulu pun tak menjadi rusak dikarenakan kesibukannya mencari harta, bahkan Rizqaan yang hanya lulusan SMA ini telah menjelma menjadi sosok yang layak menyandang gelar Al-Ustadz.
Kebahagiaan keduanya lengkap tatkala mereka mendapatkan keturunan dari Allah Ta’ala. Bisnis Rizqaan semakin maju, hingga kini Rizqaan sudah bukan lagi penjaja roti keliling tapi sudah menjadi seorang pengusaha roti yang mempekerjakan beberapa karyawan. Omzetnya pun bukan lagi puluhan ribu seperti ketika awal-awal ia merintis usahanya, namun sudah menjadi puluhan juta. Kerikil-kerikil tajam sudah barang tentu menjadi selingan dalam kehidupannya.
Gemuruh prahara
Pada bulan keenam tahun kesepuluh pernikahan mereka adalh puncak kebahagiaan yang mereka rasakan, tidak ada lagi kesusahan dalam hidup mereka. Rizqaan sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Rumah mereka bukanlah rumah petak kontrakan ala kadarnya, namun sudah menjadi rumah mewah dengan pabrik roti di belakangnya. Akhirnya memasuki bulan kesebelas kehidupan yang mereka jalani terasa begitu lambat ketika mereka berusaha untuk mempertahankan kehidupan mereka dan menunggu hingga saat tiba bagi Rizqaan untuk membuktikan janjinya kepada mertuanya. Hingga suatu malam tiba, dimana malam itu pada bulan kedua belas dan hari “H” tinggal hanya dua hari lagi terjadi musibah besar yang memporak-porandakan kehidupan yang selama ini mereka bagun dengan susah payah. Kebakaran melanda pabrik dan rumah mereka, hingga menjadikan ayah Rizqaan meninggal dunia. Belakangan di akhir cerita diceritakan, bahwa kebakaran tersebut merupakan ulah dari saudara jahat Halimah yang bernama Asyraf agar ayahnya memenangkan perjanjian dan Halimah menikah dengan lelaki lain yang lebih kaya.
Badai Susulan
Baru beberapa dua hari berselang dari musibah kebakaran tersebut, musibah lain datang menyapa. Hari itu adalah hari final dari perjanjian yang diucapkan Rizqaan saat akad nikah sepuluh tahun yang lalu. Sang mertua (Bapak Halimah) dengan kejamnya menagih janji dari Rizqaan dan menyatakan bahwa Rizqaan tidak dapat memenuhi janjinya, karena saat ini Rizqaan telah menjadi seorang yang bangkrut. Akhirnya dalam pergulatan batin yang hebat sebagai seorang muslim dan muslimah yang menaati Allah dan Rasulnya. Mau tak mau mereka harus menepati janji mereka.
“Halimah istriku……..” ujar Rizqaan, dengan napas tercekat.
“Ya, abuya. Kakanda. Suamiku.” Balas Halimah, tak kalah pedihnya.
“Dihadapan Allah. Atas Dasar ketaatan kita kepada-Nya. Dengan harapan Allah akan memperjumpakan kita di Surga kelak dalam sejuta keindahan yang melebihi segala yang pernah kita rasakan berdua. Atas dasar cinta kasih kita yang suci. Atas dasar kepedihan hati yang mendalam, yang hanya Allah yang mengatahuinya: SAYA MENALAQMU ADINDA.”
Meski tabah, tapi mau tidak mau tangisan Halimah meledak, tak terbendung lagi. Ia menagis terisak-isak. Ia tak pernah membayangkan, bahwa kesetiaannya kepada suami akan berujung pada kepedihan seperti ini. Ya Allah Ya Rabbi. Kami yakin, berkah sesungguhnya adalah pada cinta-Mu kepada kami. Kami merindukan cinta-Mu. Hati Rizqaan dan Halimah berbisik lirih.
Lembaran-lembaran baru kehidupan Rizqaan, Halimah dan Nabhaan anak mereka
Pada bab-bab selanjutnya dikisahkan bagaimana Rizqaan merintis kembali usahanya yang telah hancur dengan sekuat tenaga dan ketabahannya menghadapi cobaan. Juga dikisahkan bagaimana kehidupan Halimah selanjutnya selepas menyandang predikat sebagai seorang janda yang sangat tidak dia harapkan. Tak lupa bagaimana rintihan putra mereka Nabhaan yang saat itu berusia delapan tahun ketika menanyakan kenapa kehidupannya tidak bisa bahagia seperti dulu lagi. Sampai pada suatu saat, ketika ada seorang duda kaya raya anak seorang pejabat yang mengutarakan keinginan untuk menikahi Halimah. Dikisahkan inilah sebab mengapa Asyraf, abang Halimah, melakukan perbuatan keji merusak kehidupan rumah tangga Rizqaan dan Halimah. Namun entah apa yang dibicarakan oleh Halimah, duda tersebut dan ayahnya, ketika mereka berniat melamar Halimah, sehingga menjadikan mererka mengurungkan niat untuk melamarnya. Saat diceraikan oleh Rizqaan, halimah sedang mengandung anak kedua mereka, dan saat menjadi janda kondisi kesehatan Halimah menjadi memburuk dan ternya Halimah telah divonis menderita leukimia (kanker darah) dengan diagnosa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Hari-hari berlalu sampai suatu ketika Ayah Halimah menyadari bahwa Halimah tidak akan bisa menikah dengan lelaki lain selain Rizqaan.
Ending yang mengharukan
Suatu ketika Halimah dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Rizqaan yang kini telah mapan kembali.
**************************************
“Kami datang, untuk sebuah keperluan yang mungkin tak pernah kamu duga ananda. Setelah perdebatan panjang, dan banyak kisah-kisah di sekitarnya, kami berniat, akan menikahkanmu kembali dengan putri kami, Halimah…..”
“A….pa…? menikahkanku kembali dengan Halimah” Rizqaan tergagap. Ia tak mampu berbicara. Ada kelebatan sinar menyapu otaknya. Sehingga ia nyaris hanya bisa terpaku karena kegembiraan yang tidak terkira.
*************************************
“Abuya….”
“Maaf, aku belum menjadi suamimu lagi….” sela Rizqaan
“Izinkan aku tetap memanggilmu Abuya. Aku tak terbiasa dengan panggilan lain.”
“Baiklah. Ada apa Adinda?”
“Abuya. Apakah abuya siap menikahiku lagi?”
“Adinda Halimah, kenapa aku tidak siap? Dari dulu aku tak pernah berniat menceraikanmu. Aku senantiasa mencintaimu. Hanya karena kita bukan suami istri lagi, aku selalu menindih rasa cintaku itu sekuat mungkin. Tapi bila diberi kesempatan menikahimu lagi, aku tak mungkin menolak.”
“Meskipun misalnya aku memiliki kekurangan yang tidak kumiliki sebelumnya?”
“Kekurangan apa Adinda?”
“Jawab dulu pertanyaanku.”
“Ya. Aku akan menikahimu dengan segala kekuranganmu yang ada. Selama itu bukanlah cacat dalam agamamu yang tidak dapat diperbaiki.” Ujar Rizqaan tegas.
“Abuya. Aku ingin Abuya menikahiku. Karena aku ingin mati dalam keridhaan seorang suami shalih…..” Halimah berhenti sejenak. Ada keharuan yang membuatnya tercekat, sehingga sulit bicara.
“Abuya bisa segera menikahiku. Tapi aku tak tahu, apakah keinginan itu akan tetap ada, setelah Abuya mengetahui kekuranganku sekarang. Abuya, aku baru saja satu minggu yang lalu melakukan check up. Dan aku terbukti mengidap leukimia…” sampai disitu, Halimah terisak. Ia tak mapu melanjutkan bicaranya.
Rizqaan merasa tersentak. Tapi demi Allah, ia tak sedikit pun merasa sedih. Kegembiraan bisa kembali bersama istrinya, tak bisa terkalahkan oleh kesedihan atas kondisi Halimah tersebut.
“Dokter mengklain bahwa usiaku tak akan lebih dari 3-4 bulan saja….” kembali Halimah menangis.
“Aku tidak peduli. Umur ada di tangan Allah. Manusia hanya mapu mengira-ngira. Nyawaku, bisa saja lebih dahulu terenggut daripada nyawamu. Aku akan segera menikahimu. Biarlah Allah yang menentukan akhir perjalanan hidup kita. Bagiku, hidup atau mati bersamamu, dalam “kecintaan” Allah adalah sebuah kenyataan yang paling penuh berkah”. Rizqaan berbicara dengan kayakinan kokoh membelit jiwanya.
*******************************************
Rizqaan dan Halimah kembali hidup berbahagia. Mereka kembali mengulang masa-masa penuh keceriaan di antara mereka. Satu bulan kemudian, anak mereka yang kedua lahir. Ia seorang bayi perempuan yang cantik. Mirip ibunya, Halimah. Bayi itu dilahirkan dengan cara normal. Bayi maupun ibunya sama-sama selamat.
*******************************************
Kebahagiaan mereka berlanjut, sampai suatu ketika datang berita bahwa abang Halimah, Asyraf menjadi buronan polisi dikarenakan kasus narkoba, dan juga berita tentang dalang penyebab kebakaran yang menewaskan ayah Rizqaan. Karuan berita itu membuat kegembiraan mereka semua hilang. Ayah Halimah yang kini menjelma menjadi orang baik hati marah besar kepada anaknya tersebut. Dan Halimah seketika jatuh pingsan dan sakit.
******************************************
Sore menjelang Maghrib, Halimah terbangun. Disampingnya duduk Rizqaan. Sementara di depannya, Ayah dan ibunya duduk diatas kursi plastik. Mereka semua cemas menantikan kesadarannya. Seorang dokter perempuan –yang sengaja diundang ke rumah- mendekatinya. Memeriksa nadinya, lalu memberikan suntikan di bagian lengannya.
“A…..Abuya….” Halimah berkata lirih.
“Aku disini Adinda”
“Alhamdulillah. Apakah sudah maghrib? “tanya Halimah.
“Belum. Masih kira-kira sepuluh menit lagi.”
“Abuya…”sapa Halimah pelan.
“Ada apa Adinda.”
“Apakah Abuya masih mencintaiku?”
“Tentu Adinda. Aku selalu mencintaimu karena Allah.”
“Aku juga mencintaimu karena Allah, Abuya.” Halimah diam sejenak lalu ia bertanya lirih.
“Apakah engkau akan tetap bersabar atas segala yang menimpa kita, Abuya?”
“Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar, Adinda….”
“Abuya. Jawablah pertanyaanku.”
“Ya. Apa Adinda?”
“Apakah engkau meridhaiku sebagai Istri?”
“Sudah tentu Adinda. Suami mana pun akan meridhai istri seshaliha dirimu. Setaat dirimu. Sepatuh dirimu. Kamu bukanlah wanita yang tak memiliki kekurangan atau kesalahan. Tapi dengan keshalihanmu, ketaatanmu, kepatuhanmu, aku senantiasa ridha terhadapmu…..”
“Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat. Aku ingin termasuk di antara wanita yang disebutkan dalam Hadits.”
“Bagaimana itu Adinda?”
أًَيُّمَا امْرَ أًَ ة مَا تَتْ وَ زَ جُهَا عَنْهَا رَا ض د خَلَت الْجَنَّهَ

“Wanita mana pun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, ia pasti masuk surga.”
Halimah mengucapkan Hadits itu sedemikian fasihnya. Arab, berikut terjemahannya.
“Semua wanita shalihah, mengidamkan hal itu Adinda, dengan izin Allah, Adinda akan termasuk di dalamnya.”
“Allahumma amien. Abuya, sekarang aku puas. Apaun yang terjadi atas diriku, kini aku sudah kembali menjadi istrimu. Aku telah berdo’a setiap malam, agar aku bisa berdampingan dengan suami yang shalih. Sehingga kalaupun mati, aku akan mati dengan keridhaan Allah kemudian dengan keridhaan suamiku…..” Halimah berhenti sejenak.
“Abuya, betapa indahnya bila Allah betul-betul mencintai kita. Aku ingin dengan cinta-Nya, kita berdua menuai bahagia seutuhnya. Kebahagiaan yang bukan Cuma di dunia, tapi juga di akhirat.”
Halimah menghela nafasnya yang terasa begitu berat.
“Abuya bila aku sudah tiada, berjanjilah untuk senantiasa berjalan di atas ajaran Allah. Didiklah anak kita, dan berbaktilah kepada orang tua….”
“Jangan berkata begitu Adinda….” Rizqaan menyela.
Halimah memberikan isyarat dengan tangannya, agar Rizqaan tidak bertanya apa-apa.
“Berjanjilah Abuya…..”
“Aku berjanji Adinda. Tanpa berjanji pun, ketaatan kepada Allah adalah janji seluruh manusia saat mereka berada dalam perut ibu mereka….” ujar Rizqaan.
“Alhamdulillah…….”
“Abuya….tabir itu mulai terbuka…..Aku mencintaimu, Abuya. Abuya tak perlu meragukan cintaku. Tapi aku lebih merindukan Allah. Bila ini kesempatanku bersua dengan-Nya. Aku tidak akan menyia-nyiakannya sedikit pun…….”
“Adinda….”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Adinda….”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
Suara tahlil itu semakin lembut dan syahdu dari mulut Halimah. Terus menerus. Semakin lama, semakin lemah. Namun semakin syahdu. Sampai akhirnya suara terakhir terdengar, masih sama, “Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”
Usai berakhirnya suara itu, nafas Halimah terhenti. Di tengah keheningan kamar di rumah mereka, yang masih tercium bau catnya. Karena belum lama dibangun Halimah mengehembuskan nafas terakhirnya. Sang ibu menjerit. Sang bapak menangis. Rizqaan juga tak kuasa menahan air matanya yang tiba-tiba mengalir deras. Pernikahannya dengan Halimah yang merupakan masa kembalinya kebahagiaannya yang beberapa saat nyaris lenyap, kini nyaris terenggut kembali. Tapi kepergian Halimah dengan kondisi yang menyemburatkan aurat Surga, membuat hatinya terasa nyaman. Ia bersedih, tapi juga berbangga dengan istrinya. Kesedihannya pupus perlahan karena rasa bangga bercampur rasa iri yang menyejukkan jiwanya. Betapa berbahagia Halimah.
Tak lama kemudian, adzan maghrib terdengar. Mereka mendengarkannya dengan khusyu’. Saat lantunan adzan berhenti, Ayah Halimah mendekati Rizqaan. Ia manatap menantunya yang sekian lama ia kecewakan. Sekian lama ia perangkap dalam kesukaran dan penderitaan. Pria yang –dengan seizin Allah- telah mengubah wujud putrinya, sehingga menjelma menjadi wanita shalihah begitu setia pada kebenaran. Ia menatap pemuda itu. Air matanya menetes tak terbendung. Penyesalan membuncah sehingga nyaris membakar otak. Ia nyaris bisu dalam suasana hati yang kuyup penyesalan.
“Duhai, seandainya aku masih memilki putri yang lain. Pasti aku akan menikahkannya denganmu, ananda.” Ujar ayah Halimah kepada Rizqaan.
“Halimah sudah cukup bagiku pak. Nikahkanlah aku kembali dengan putrimu itu pak.”
“Aku sudah melakukannya dua kali ananda…..”
“Cobalah untuk yang ketiga kalinya pak…”ujar Rizqaan lirih.
“Itu bukan lagi hakku ananda. Biarlah Allah yang akan menikahkanmu dengannya di Surga kelak. Relakanlah kepergiannya saat ini. Semua kita toh pasti akan mati juga. Gapailah Surga dengan amal ibadahmu. Dengan ketulusan hatimu. Hanya dengan itu Allah akan berkenan mempertemukanmu kembali dengannya…..”
Rizqaan tersenyum.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي
Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku.
****************************************

                                silahkan download

Kamis, 29 Desember 2011

surat kecil untuk tuhan

Posting (artikel) ini didedikasikan kepada almarhumah Gitta Sessa Wanda Cantika dan buat kalian juga yg ingin mengenal dan mengenang almarhumah. Posting ini saya real copas (tanpa penyuntingan ejaan dan tanda baca) dari sumbernya. Saya sempat mengira jika ini adalah tulisan asli dari Keke, ternyata ini merupakan cuplikan novel. Lihat saja, aliran kalimatnya sangat khas untuk anak usia 13-15 tahunan.

Keke (panggilan akrabnya) meninggal tgl 25 Desember 2006......
(ayo Siapkan hati & tissue-mu ya....)
PROLOG:
Keke atau Gitta Sessa Wanda Cantika adalah seorang gadis remaja yang berusia 13 tahun ketika divonis memiliki penyakit kanker mematikan yang dapat membunuhnya dalam waktu 5 hari. Kanker itu menggerogoti bagian kiri wajahnya sehingga terlihat buruk. Walau dalam keadaan sulit, Keke berjuang untuk tetap hidup dan tetap sekolah seperti seorang gadis normal. Ajaib, Keke mampu bertahan dari penyakit itu selama 3 tahun, melawan vonis kedokteran. Keke, yang sadar hidupnya tak lama lagi kemudian berjuang untuk terakhir kalinya dalam hidup untuk ikut dalam ujian sekolah, impiannya hanya satu, ingin lulus dari bangku SLTP dan merasakan duduk di bangku SMA. Tuhan menjawab impiannya, ia mampu lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya dan akhirnya duduk di bangku SMA walau hanya sehari saja sebelum akhirnya ia menyerah terhadap kankernya. Atas prestasinya dan dedikasi perjuangannya ia meraih siswa teladan Indonesia pada tahun yang sama. Kisahnya menjadi inspirasi jutaan pembacanya yang tersentuh, dan mungkin bagi beberapa penderita kanker yang masih berjuang untuk sembuh.
silahkan baca juga preview filmnya
 di sini ya.....

-TRUE STORY GITTA SESSA WANDA CANTIKA.-
(KISAH NYATA GADIS BERUSIA 13 TAHUN BERTAHAN HIDUP DARI KANKER GANAS PALING MEMATIKAN DI DUNIA)






—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————
sebuah kanker ganas menyerang pada bagian wajah sebelah kiri seorang gadis remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika. Umurnya masih 13 tahun saat dokter mengatakan kepada ayahnya bahwa putrinya hanya dapat bertahan selama 5 hari bila tidak melakukan operasi segera. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya. Dokter menyerah terhadap kankernya, di nafasnya yg terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun:

SURAT KECIL UNTUK TUHAN


Tuhan . . .
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan didunia ini


Tuhan . . .
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku terjadi pada orang lain


Tuhan . . .
Bolehkan aku menulis surat kecil untuk-Mu


Tuhan . . .
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu


Tuhan . . .
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya


Tuhan . . .
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya


Tuhan . . .
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bias memberikan kebahagiaan kepada ayah dan sahabat-sahabatku


Tuhan . . .
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup kepada siapapun yang mengenalku


Tuhan . . .
Surat kecilku ini
Adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali . . .


Ke dunia yang Kau berikan padaku

ISTANA DALAM DUNIA KECILKU

Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit langit kamarku. Aku masih terbaring malas untuk bangun, Namun sepertinya Matahari mulai marah padaku, karena masih saja Aku menutup mataku. Cahaya Matahari pagi itu mulai menyentuh seluruh isi ruangan di kamarku yang cukup besar. Akhirnya, Aku mengalah pada alam dan Aku harus bangun, ini kah hari dimana Aku mulai harus sekolah.

Uohhhh…. teriakku sambil menguap.

Hai sobat, kenalkan namaku Gitta Sessa Wanda Cantika. Terlalu panjang ya.. ok! Biar gampang sebut saja namaku Keke. Aku anak ke-tiga dari tiga saudara. Aku mempunyai dua kakak laki-laki, namanya juga dipersingkat saja. Panggil mereka Koko dan Kiki, Koko, kakak tertua aku sekarang telah menikah dan memberikan Aku seorang keponakan imut dan lucu loh.. sedangkan Kiki, kakakku ke-dua sibuk dengan kerajaan pendidikan dia. Anaknya rajin dan pandai sekali.. terkadang setiap aku mengalami kesusahan dalam pelajaran sekolah. Dia yang terdepan menjadi guru privateku.

Keluarga kami keluarga yang bahagia, walau Ibu dan Ayah telah bercerai namun hubungan masih terjalin dengan baik. Aku dan kedua Kakakku tinggal bersama Ayah. Ops.. tak lupa kukenalkan pahlawan dalam keluarga kami. Dia ini ada raja dari istana kami. Ayahku, teman sekaligus pacarku.. lucu ya.. eits jangan salah paham ya! Habis Ayah, walau sudah berumur tampang boleh dibilang ga jauh dari Tau ming se, bintang F-4 asal Taiwan itu loh..

Hm.. di hari ini! saatnya Aku ceritakan tentang bagian dari istana kami. Sejak kecil Aku mempunyai hobby Menyanyi dan Modeling. Ga percaya? Silakan saja lihat koleksi kamarku. Bukan sombong ya hehe. Tapi itu kan waktu kecil, sekarang Aku sibuk dengan sekolah saja kok! Masih terbayang oleh Aku, ketika Aku beberapa kali menjadi juara model di beberapa kejuaraan dan Aku juga sempat membuat album cilik. Tapi rasanya itu bagian dari masa kecil yang indah. Walau terkadang Aku masih merindukan masa masa itu.

Oh ya.. sekarang Aku duduk di bangku kelas 1 SLTP Al-Kamar, aku baru menginjak sekolah ini saat aku masuk pertengahan semester. karena beberapa masalah dalam keluarga kami, khususnya ketika perceraian orang tua. Aku dan kedua kakakku sempat memutuskan untuk berhenti sekolah. Namun akhirnya Aku rindu juga terhadap dunia pendidikan. Suatu ketika ayah mendapatkan tawaran pekerjaan di sebuah yayasan pendidikan. Sehingga akhirnya setelah berdiskusi kami memutuskan untuk kembali sekolah. Dan ternyata pilihan ini tidak salah.. Aku sangat bahagia karena memiliki beberapa teman yang baik dan sayang padaku.

Sobat, rasanya menjadi anak remaja adalah bagian dari hidupku saat ini. terlepas dari semua itu Aku masih berusia 13 tahun. Namun Aku juga mempunyai hobby jalan jalan ke Mal atau pun sekedar hal rahasia yang ingin Aku ungkapkan. Temen temenku suka mengeluh jika sedang berpergian denganku. Aku suka menghilang secara tiba tiba? Mereka terkadang sibuk mencari Aku kemana mana, padahal sesungguhnya Aku suka sekali menuju tempat bacaan di setiap Mal. Dari sekedar membaca komik sampe novel semua Aku suka! Makanya tak heran Aku bisa berjam-jam berdiri sambil membaca buku di sebuah kios atau toko buku.

Buat Aku pendidikan adalah segalanya. Dan segala sesuatu yang bisa aku baca untuk menambah pengetahuan otakku, selalu kulahap. Mulai dari buku Pintar sampe kamus bahasa Indonesia. Aku sih sip sip aja! Hehe. Oh ya Aku suka sekali komik keluaran jepang. Bahkan Aku bercita cita untuk menjadi penulis komik. Di sela sela waktuku, Aku selalu mengambar Manga atau tokoh kartun jepang. Entah sudah berapa banyak tokoh kartun imanijasiku terlukis di kertas fileku.


Oh ya.. tak lupa kukenalkan beberapa Sahabat terbaikku yang selalu kukenang dan kusayangin . Mereka adalah Maya yang cantik, Syifa yang unik, Echda yang selalu bikin lucu, terus Chika yang pemalu namun ga malu-maluin. Andini yang selalu tertawa dengan kencang. Kemudian ada Nelly yang mirip Krisdayanti, Idha yang ceriwis. Githon dan Sysca yang selalu berebut hobby yang sama. Dan yang terakhir Nozia yang mirip Rei si Sailor Mars.

Kami adalah geng yang selalu bersama, susah atau senang. Duka atau tangis. Apapun kami lakukan bersama. Banyak hal yang nyaris tidak pernah kami lakukan tanpa bersama. Karena kami adalah kelompok paling ngetop dan menghebohkan di sekolah kami. Tak kalah dari geng apapun. Karena kami punya motto biar kecil tapi cabe rawit. Biar masih SMP tapi kelakuan SMU hehe.

Tak terlupa satu sisi lain yang ingin kukatakan akan perjalanan cinta. Aku pun tak bisa terlepas dari jatuh cinta. Cinta yang mungkin orang lain bilang cinta monyet. Tapi buat Aku, cukup cinta yang indah. Untuk seseorang yang kusayang. Andi, dia adalah pangeran dalam hidupku. Anugerah Tuhan yang membuat Aku serasa seperti putri dalam dongeng.

Sobat, bisakah kau merasakan apa arti dunia kecil dalam hidup kamu. Ya.. dunia kecil. Terkadang ada rasa sedih, benci dan marah. Namun terlepas dari semua itu. Dunia itu terasa indah. Bukankah setiap orang terlahir untuk memiliki dunianya masing masing. Mungkin istanaku terasa indah, namun ada pun sisi dimana Aku mulai merasa sedih. Karena Aku juga manusia biasa.

Mungkin Aku pernah bangga karena terpilih menjadi siswa terladan oleh pemerintah dan Aku sempat juga mendapatkan pelukan dari Ibu Megawati yang ketika itu menjabat menjadi Presiden. Namun Aku juga harus menghadapi sebuah kenyataan orang tuaku bercerai. Bukankah dunia itu cukup adil untuk manusia. Kebahagian dan kesedihan selalu ada dalam dunia. Apakah Aku layak mengeluh? Tidak. Aku tidak mengeluh. Aku jalanin semua dengan baik baik saja.

AIR MATA ITU MULAI ADA

Suatu ketika di hari yang tak pernah Aku duga. Ketika Aku mulai merasa ada hal lain yang mulai datang pada hidupku. Kakakku Kiki pulang dengan keadaan malu untuk dilihat, wajahnya mirip sekali dengan Ikan Mas. Aku sempat membuat lelucon akan sakit mata yang dialami oleh kakakku. Usut punya usut. Terjadi kehebohan di Kelas Kakakku. Beberapa siswa mengalami sakit mata memerah. Dan salah satuhnya adalah Kakakku.

Kuperhatikan wajah Kakakku ketika makan malam bersama. Kami sempat bercanda ria dan kukatakan pendapat Aku tentang sakit mata itu. Ada mitos yang mengatakan itu akibat mengintip. Dan kakakku terlihat malu, namun dia tidak marah karena itu hanya percandaan di meja makan.

Setelah Ayah memberikan obat mata, keadaan Kakakku mulai membaik. Beberapa hari kemudian penyakit itu menghilang. Namun ketika Aku bangun di pagi hari. Aku mulai merasa mataku terasa perih, kulihat cermin di lemariku. Astaga!! Mataku memerah. Aku tertular penyakit mata dari kakak. Mungkin karena Aku dikutuk kakak karena ejekan saat itu. Rasanya malu sekali untuk makan pagi bersama bila kakakku melihat wajahku ini.

Benar saja. Tawa kakakku terlihat senang ketika ia melihat wajahku. Untungnya Ayah sempat melotot ke arah kakak dan dia terdiam. Hal pertama yang Ayah tanyakan padaku adalah.

”gimana Keke. Sakit? Nanti pulang sekolah kita ke dokter ya!” tanya ayah dan Aku hanya terdiam karena malu.

Kejadian itu baru saja terjadi di rumah. Ntah apa yang bisa kupikirkan di kelasku nanti. Semua pasti akan menertawakan Aku. Memang hal itu terjadi. Semua murid di kelasku memandang dengan aneh , dan Aku hanya menutupin wajahku dengan tisue. Hingga temen sebangkuku Chika bertanya..

”napa loe ,ke?”tanya Chika

”mata gua.. kena tepa Kiki, aduh malu deh.!” ujarku

”ah sebodoh amet. PD aja lagi. Lagian bukan hal yang biasa kok. Kemarin kan sempet heboh heboh di Kelas sebelah juga ada yang kena!”

”oh ya kok gua ga tau ya..!”

”apa sih yang loe tau.. komik melulu sih! Tapi baguslah dengan gitu. Mereka juga ga ada yang berani katain loe.. takut ketepa haha!”

”dasar loe ah hehe!” ujarku pada Chika.

Nampaknya gosip kutukan bila meledek orang yang sakit mata, cukup ampuh untuk membuat temen temenku diam. Namun aku malu untuk bertemu Andi pacarku. Untungnya hari ini dia berhalangan hadir. Aku masih sempat mengikuti pelajaran olahraga bermain Volley. Dan ketika aku bermain volley..

”ke.. loe mimisan..!” ujar Chika yang satu tim denganku

Aku terkejut tak menyadari hidungku mulai mengeluarkan darah segar. Dan Aku pun berlari menuju toilet untuk membersihkan serta meredahkan mimisan ini. Untuk sesaat aku hanya beristirahat di ruang Unit kesehatan Siswa. Hingga menunggu mobil jemputan Ayah. Yang telah di beritahukan oleh wali kelas akan mimisanku.

Aku mulai mengeluh merasa sulit bernafas karena lubang hidung sebelah kiriku tersumbat. Melihat keadaanku Ayah mengira aku mengalami flu dan pilek. Akhirnya pulang dari Sekolah , kami langsung menuju dokter pribadi keluarga kami bernama Pak. Fendy.

Aku hanya terduduk terdiam ketika dokter mulai memeriksa mulut dan mataku melalui senter kecil. Kemudian ayah mulai bertanya tanya akan sakitku. Dokter hanya berkata ringan sambil membuat resep obat.

”obat ini diminum secara teratur selama Lima hari , bila tidak ada perubahaan saya akan buat surat pengantar ke prof Lukman di Rumah Sakit Darmais.” ujar dokter fendy.
Keke sempat berkunjung ke museum semasa hidupnya

Aku dan Ayah hanya tersenyum kecil melihat apa yang dikatakan Dokter. Dugaan sementara untuk penyakitku adalah Sinus, dengan minum obat secara teratur dalam lima hari mungkin akan sembuh. Namun apa yang terjadi. Hari demi hari berlalu, Ada yang aneh dengan diriku. Mataku tidak kunjung memutih dan terus memerah. Mengeluarkan air mata dan terasa perih. Hidungku terus mengeluarkan darah dalam beberapa kali sehari. Ayah mulai khwatir dan rasanya lubang hidung sebelah kiriku terasa mati rasa.

Sesuai perintah Dr.Fendy bila dalam lima hari tidak ada perkembangan, Aku harus menuju rumah sakit rujukan. Aku sedikit terkejut dengan apa yang kulihat dan mulai merasakan ketakutan kecil. Memandang sebuah rumah sakit yang besar dan untuk pertama dalam hidupku ,aku menginjakkan kaki di rumah sakit untuk bertemu dengan seorang Profesor Lukman.

Setelah bertemu Prof.Lukman. Ayah mulai memberikan surat pengantar yang dibuatkan oleh Dr.Fendy. setelah membaca isi surat tersebut. Prof.Lukman mulai melakukan tindakan awal. Bagian dari kepalaku akan di ronsen dan ini adalah pengalaman pertama dalam hidupku menghadapi sebuah alat canggih dari kedokteran. Aku hanya berujar dalam hatiku , ada apa dengna diriku. Mengapa hanya sebuah flu. Aku harus melakukan berbagai pemeriksaan.

Setelah hasi ronsen itu keluar dalam bentuk copy scenen. Prof Lukman terdiam dan terlihat berkonsentrasi memperhatikan hasil ronsen tersebut. Prof. Lukman. Hanya memandangku sekilas lalu berkata padaku.

”Keke. Bisa kamu keluar sebentar.. Saya ingin bicara dengan Ayah kamu sebentar.. pembicaraan orang dewasa!” jelas Prof. Lukman

”ok.. gapapa. Ayah.. Keke. Keluar dulu ya..!” ujarku untuk pamit.

Dan Aku hanya melihat Ayah masih bingung dengan permintaan Prof.Lukman padaku. Setelah itu keadaan menjadi sunyi dan Prof. Lukman mulai menghela nafas untuk memulai pembicaran dengan Ayah.

”Pak Jody..” panggil Prof.lukman pada Ayahku.

”iya.. pak, ada apa ya ! kok anak saya dari kemarin mimisan dan katanya dia susah nafas ? Apa hasil diagnosa copy scenennya pak?” tanya Ayah.

”mohon Pak Jody kuat mendengar semua ini.. !” jelas Prof.Lukman yang mulai membuat ayah sedikit takut.

”ada apa dengan putri saya pak?”tanya Ayah.

”Putri Bapak terinfeksi penyakit Rabdomiosarkoma..!!”

”hah.. rabdo…” ujar Ayah kesulitan mengulang

”penyakit ini secara luas dikatakan tergolong Kanker.!”

”Kanker……!?” Ayah terkejut

”benar Pak Jody. Putri anda terinfeksi penyakit Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak!”

”saya tidak begitu ngerti penyakit ini.. tapi bagaimana bisa?”tanya Ayah

”mohon bapak tenangkan diri sebentar..!”

”saya minta maaf untuk mengatakan kalau penyakit kanker pada putri anda adalah kanker paling ganas dalam tingkatan kanker. Kanker ini masuk stadium 3. dan perkembangannya hanya lima hari. Dan ini adalah kasus pertama dalam hidup saya melihat kejadian pada putri anda. Biasanya kanker ini hanya menyerang anak di bawah usia 3 tahun atau usia lanjut.!”

”Professor jangan bercanda. Keke itu jarang sakit.. bahkan tidak ada tanda tanda kalau dia kanker!” bela ayah

dokter hanya terdiam dan mencoba membuat Ayah yang panik untuk tenang sesaat.

”Pak Jody, inilah Rabdomiosarkoma, penyakit ini merupakan kanker ganas yang tidak memiliki tanda tanda, lain dengan seperti kanker payudara ataupun kanker stadium ringan. Kanker ini berkembang sangat cepat dalam waktu lima hari. !”jelas Prof.Lukman dan Ayah mulai menangis.

”tapi pak.. bagaimana bisa putri saya..terserang kanker begitu menakutkan seperti ini!”tanya ayah ulang

”Pak Jody. Saat ini bukanlah saatnya untuk mencari penyebab kanker ini. namun adalah saatnya untuk mengobati kanker ini agar tidak berkembang secara luas pada pasien”jelas Prof .lukman.

Ayah hanya bisa menangis dan Prof berusaha membuat Ayah tenang. Setelah kemudian keadaan mulai terkontrol. Prof mulai menjelaskan prosedur yang harus dilakukan untuk menyembuhkan Aku serta melenyapkan kanker ini. Prof Lukman mengambil copy scenen tengkorak wajahku kemudian mulai menjelaskan tindakan yang harus dilakukan.

”jadi langkah yang harus dilakukan adalah mengangkat kanker ini melalui operasi. Dan operasi yang harus dilakukan adalah memotong tulang pipi, kemudian mata, dan setengah dari wajah pasien. Boleh dikatakan putri bapak kemungkinan akan menjadi buta dan cacat”jelas Prof. Lukman

”astaga Pak, kanker itu hanya sekecil kuku, mengapa operasi harus sampe kayak gitu?” tanya Ayah kaget

”Pak Jody. Prosedur pengangkatan kanker adalah secara medis adalah seperti ini, mengenai masalah sehabis operasi, bisa dengan melakukan operasi plastik pada wajah pasien!”

”tapi pak. Anak saya adalah seorang wanita. Bagaimana dia menghadapi masa depan setelah operasi yang nyaris menghabiskan sebagian muka dia!”

”tapi ini adalah keputusan yang terbaik..bagaimanapun tidak ada pilihan lain untuk kanker Rabdomiosarkoma!!”

”apakah ada jaminan setelah melakukan operasi. Putri saya akan sembuh!” tanya Ayah dan Prof Lukman hanya terdiam

”saya tidak bisa menjamin semuanya, karena untuk kanker stadium rendah saja. Keberhasilan sembuh pada pasien sangat kecil. Apalagi dengan keadaan putri bapak, yang saya bisa katakan adalah semua kehendak Tuhan.!”

”berikan saya waktu untuk menjawab dokter. Saya harus melakukan diskusi masalah ini dengan keluarga. Dan memberikan keputusan!”jelas Ayah

”Pak Jody, remukkanlah masalah ini dengan cepat. Karena kanker ini berkembang sangat cepat!”

Ayah hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Sedangkan Aku mulai bosan menunggu hasil pembicaraan Ayah dengan Prof.Lukman. Untungnya ada salah satu suster yang tidak bertugas dan dia bersedia menemani Aku berbicara. Suster yang sangat ramah itu terlihat baik dan ramah padaku. Dan saat Aku mulai berbicara dengan suster. Ayah muncul dengan wajah terlihat murung.

”Ayah.. lama banget sih!!.. untung ada suster yang temenin Keke ngobrol!” jelasku

”maaf ya keke.. tadi ada hal penting yang mesti Ayah bicarakan sama Prof.Lukman.”jelas ayah

Aku tak mengerti apa yang terjadi. Namun saat itu juga ayah berlutut mengikutin tinggi badanku. Dia memandangku dengan wajahnya kemudian ia mulai memelukku. Aku merasa malu saat itu ketika suster mulai tersenyum melihat tingkah ayahku yang tak biasa.

”aduh ayah.. malu neh, kenapa sih tiba tiba gini !” ujarku

”aduh gapapa lagi Keke. Ga usah malu malu gitu. Artinya Ayah Keke sayang sama Keke.. ya akan pak!” tanya suster itu

dan Ayah hanya terdiam tanpa bicara. Kemudian kami mulai kembali ke dalam mobil. Tidak ada canda apapun didalam mobil seperti biasanya. Ayah terlihat berbeda dari biasanya. Karena rasa penasaran ayah hanya dia saja, Aku pun mulai bertanya..

”Ayah.. apa sih kata Prof.Lukman tentang penyakit Keke!” tanyaku

dan ayah hanya tersenyum kecil dan berkata..

”Keke hanya sakit flu biasa. Tidak ada yang perlu ditakutkan.. minum obat nanti juga sembuh, Keke tahan dulu ya.. !!” jelas ayah.

Apakah ini sebuah pernyataan yang sesungguhnya. Aku mulai merasa ada yang tidak benar. Namun Aku tidak ingin berpikir apapun, karena sesungguhnya aku lebih tahu apa yang terjadi dalam tubuh aku. rasa sakit pada hidungku mulai terasa menghambat pernafasanku. Namun aku hanya bisa bertahan untuk tidak membuat diriku seolah sakit. Aku ingin buktikan kalau apa yang Ayah katakan adalah benar..

HARI INDAH ITU TELAH DATANG

Hari indah dan harapan yang Aku nanti akhirnya telah datang. Doaku selama ini telah didengarkan oleh Tuhan. Kesabaran dan keihklasan Aku menerima semua cobaan ini telah terbayar dengan kesembuhan. Kini, Aku bisa melakukan apapun untuk hidupku yang telah hilang. Aku ingin membalas segala rasa sedih yang kualami dengan keceriaan.






—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————


LAHIR 19 JULY 1991-25 DESEMBER 2006

ALBUM PERDANA KETIKA AKTIF : ALBUM RAME RAME ANAK IDOLA

KELUARGA : AYAH DAN 2 ORANG KAKAK LAKI LAKI.

PRESTASI : 1999 ANAK TELADAN INDONESIA

BEBERAPA PENGHARGAAN : MODEL DAN MENARI


Surat kecil untuk Tuhan, surat terakhir gadis remaja penderita kanker ganas.

Tuhan ..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku ,terjadi pada siapapun.


Cuplikan itu menjadi sedikit bait dari sebuah tulisan yang ditulis seorang remaja penderita kanker Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Sebuah kanker ganas yang menyerang pada bagian wajah seorang gadis remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika. Umurnya masih 13 tahun saat dokter mengatakan kepada ayahnya bahwa putrinya hanya dapat bertahan selama 5 hari bila tidak melakukan operasi segera.

Hati ayah mana yang tidak hancur ketika tau jalannya operasi itu harus membuat sang putri kehilangan sebagian wajahnya. Sedangkan sang putri mulai bertanya mengapa diwajahnya mulai tumbuh gumpalan sebesar buah kelapa. Tak ingin melukai hati anaknya, sang ayah berserta keluarga merahasiakan kanker itu pada Keke, panggilan gadis remaja aktif dengan sejuta prestasi model dan tarik suara. Namun perlahan Keke mulai menyadari dirinya bukan sakit biasa, ia sadar hidupnya tak mungkin akan bertahan lama dengan pandangan mata yang mulai buta oleh kanker.
Walau akhirnya ia tau ia terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang merahasiakan penyakit maut itu padanya. Ia memberikan senyum kepada siapapun dan menunjukkan perjuangannya bahwa dengan kanker diwajahnya ia masih mampu berprestasi dan hidup normal di bangku sekolah. Tuhan menunjukkan kebesaran hati dengan memberikan nafas panjang padanya untuk lepas dari kanker itu sesaat.

Perjuangan Keke melawan kanker membuahkan hasil, Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan Dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi pada putri Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua Dokter di Dunia bertanya-tanya. Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat, Keke sadar nafasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5 hari bertahan hingga 3 tahun lamanya. Dokter menyerah terhadap kankernya, di nafasnya terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.
Keke dijenguk ayah, teman, dan guru di sekolahnya di pembaringannya yg terakhir
Nafasnya telah berakhir 25 desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas.

Ditulis oleh Agnes Davonar, buku yang penuh dengan hikmah dan ketulusan ini diberi judul ” SURAT KECIL UNTUK TUHAN” ini menjadi buku kedua penulis yang memulai kariernya dari sebuah blogger dengan situs : http://lieagneshendra.blogs.friendster.com






berikut ini  cuplikan tentang filmnya:
PUTER DISINI YA....

<object data="http://static.4shared.com/flash/player/5.7/player.swf?file=http://dc169.4shared.com/img/61412037/8853e50b/dlink__2Fdownload_2FqFpTOVq5_3Ftsid_3D20111229-141129-7529ccd8/preview.mp3&amp;repeat=always&amp;autostart=true" height="0" type="application/x-shockwave-flash" width="0"></object>

Banner Link Sahabat