Rabu, 28 November 2012

Cara meningkatkan PageRank

Cara meningkatkan PageRank dan speed "traffic blog", hanya diperuntukkan bagi sobat yang menginginkan PageRank tinggi dan traffic blog yang sangat banyak secara instant. Cara meningkatkan PageRank dengan cepat atau traffic blog speed adalah dengan cara penyebaran link menggunakan sistem Multi Level Marketing?  Kedengarannya aneh ya? Tapi manjur lho.. ga percaya? buktikan aja Tips ini.."Cara Meningkatkan Pagerank " atau bahasa lainnya Teknik SEO

Kali ini saya mau nyoba ngajak temen-temen semua untuk memanfaatkan kedahsyatan faktor kali dan kecepatan penyebaran ini dalam bentuk Backlink Gratis.
Cara Meningkatkan PageRank dan Traffic Blog dengan cepat ternyata cukup mudah. Yang perlu sobat lakukan adalah meletakkan link-link berikut ini di blog atau artikel atau silahkan langsung COPAS artikel ini semuanya ke Blog sobat.
  1. Kumpulan Novel-novel
  2. Blog Your Inspirations
  3. ROBZ-HITZ
  4. planktoon blog
  5. 1goblog
  6. koclokindo
  7. Tourism
  8. Chequita Chiproet 
  9. PKBM Cibanggala  
  10. Tips Blogging
  11. Tips dan Trik SEO blogging
  12. Cheat Ninja Saga
  13. Free Download Game
  14. Cara Membuat Blog
  15. Bisnis Investasi Terbaik
  16. Bisnis Internet
  17. Artikel Gratis
  18. Intuisiblog
  19. SEOjaguars
  20. Iklan baris
  21. Ki Dukun
  22. Blogobusiness
  23. Rosandika



Cara kerja:
Pertama-tama sobat letakkan link blog sobat beserta anchor text seperti susunan diatas,yang terpenting jangan sampe linknya hilang,kemudian sobat hapus nomer urut ke 23 dari daftar, sehingga semua peserta naik 1 level.Yang semula berada di nomor 1 jadi nomor 2, nomor 2 jadi 3, dst. contoh ROBZ-HITZ blog menjadi nomor 2 dan nomor 1 menjadi blog sobat. Masukkan link blog sobat di posisi nomor satu atau paling atas sendiri.

Jika tiap peserta mampu mengajak 5 orang saja, maka jumlah backlink yang akan didapat adalah

Ketika posisi blog sobat 1, jumlah backlink = 1
Posisi 2, jml backlink = 5
Posisi 3, jml backlink = 25
Posisi 4, jml backlink = 125
Posisi 5, jml backlink = 625
Posisi 6, jml backlink = 3,125
Posisi 7, jml backlink = 15,625
Posisi 8, jml backlink = 78,125
Posisi 9, jml backlink = 390,625
Posisi 10, jml backlink = 1,953,125
dst.

Jika sobat memasang sampai posisi 10 saja, dan semuanya menggunakan kata kunci (anchor text) yang sobat inginkan. Dari sisi SEO, sobat sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efeknya sangat luar biasa, jika pengunjung web para downline sobat mengklik link itu, otomatis blog sobat akan mendapat tambahan traffic.

Nah, silahkan copy paste artikel Cara Meningkatkan Pagerank  ini, dan hilangkan peserta nomor 23 lalu tambahkan link blog/website sobat di posisi 1. Ingat, anda harus mulai dari posisi 1 agar hasilnya maksimal.


sumber : http://nova-fms.blogspot.com

Jumat, 16 November 2012

Kisah Nabi Nuh AS

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. 

Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka ” Wadd ” dan ” Suwa ” kadangkala ” Yaguts ” dan bila sudah bosan digantinya dengan nama ” Yatuq ” dan ” Nasr “.
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
 Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:”Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka.”
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:”Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.”.
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:”Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa.”
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:”Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:
“Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu.” 
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

Nabi Nuh as

Posted by redaksi On 17 June 2007 No Commented
Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. 
Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa “fatrah” masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka ” Wadd ” dan ” Suwa ” kadangkala ” Yaguts ” dan bila sudah bosan digantinya dengan nama ” Yatuq ” dan ” Nasr “.
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
 Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:”Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka.”
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:”Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.”.
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:”Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa.”
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:”Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:
“Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu.” 
Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:
“Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan.”
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:”Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka.”
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. 
Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:”Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?”Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:”Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu.”
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:”Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku.”
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan”Bismillah majraha wa mursaha”belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama “Kan’aan” timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah.” Kan’aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:”Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini.”
Nuh menjawab:”Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya.”
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan’aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:”Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa.”Kepadanya Allah berfirman:”Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh.”
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:”Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi.”
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit ” Judie ” dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:”Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu.” 
Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah “Hud” ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka. 
Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan’aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:”Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara.” Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:”Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri.”Juga peribahasa yang berbunyi:”Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu.”



kisah Nabi Idris AS

Nabi Idris a.s. (Arab: إدريس ) adalah salah seorang rasul yang merupakan putra Adam yang pertama kali diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam sendiri dan Shiyth a.s. (Set menurut Yahudi dan Nasrani). Dalam Alkitab, Idris dikenal dengan nama Henokh.

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Shiyth bin Adam a.s. yang menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam dan Shiyth. Menurut kitab tafsir, beliau hidup 1.000 tahun setelah Nabi Adam wafat.

Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya. Menurut suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.

Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.

Menurut buku berjudul The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris adalah sebutan atau nama Arab bagi Enoch, nenek moyang Nabi Nuh. Beliau dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat beliau sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorang malaikat. Beliau hidup sampai usia 82 tahun


1. Nabi Idris Kedatangan Tamu

Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.

Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.

Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.

Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.

Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.

Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.

Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”

Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”

2. Malaekat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris atas permintaannya.

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.

Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?” “Benar ya Idris.”

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”

“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.

3. Malaekat Izrail membawaNabi Idris ke Syurga dan ke Neraka

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.

Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.

Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”

Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
(Ali-Imran: 185)

Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu.”
(Maryam: 71)

Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud:

“… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga).”
(Al-Hijr: 48)

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.”

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57)

4. Idris di dalam Al-Qur’an dan Hadits

Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Qur’an, dimana ayat-ayat tersebut saling terhubung didalam Surah Maryam (Maryam) dan Surah Al-Anbiya’ (Nabi-nabi).




Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (Qur’an 19:56-57)







Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh.” (Qur’an 21:85-86)




Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammad dalam salah satu surga selama Mi’raj.

* Diriwayatkan dari Abbas bin Malik: … Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, disana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku). ‘Ini adalah Idris; berilah dia salammu.’ Maka aku mengucapkan salam kepadanya dan ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata. ‘Selamat datang, O saudaraku yang alim dan nabi yang saleh.; … Sahih Bukhari 5:58:227

Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:

* Ibnu Abbas berkata, “Daud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala.” (dari al-Hakim)

5. Nasihat dan Ajaran

Berikut ini adalah beberapa nasihat dan untaian kata mutiara Nabi Idris.

1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.
2. Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.
3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dan shalatmu.
4. Janganlah bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.
5. Taatlah kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.



Sumber:

Al-Qur’an

1. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

2. Kisah Nabi Idris di Dzikir.org

3. Hadhrat Idrees

4. The Story of Idrees (Enoch)

Kisah Nabi Adam ‘alaihis salam

Allah SWT berkehendak untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al- Baqarah: 30)

Terdapat perbezaan pendapat berkenaan dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah) Nabi Adam. Ada yang mengatakan, bahawa ia sebagai khalifah dari kelompok manusia yang pertama-tama datang ke bumi di mana kelompok ini membuat kerosakan dan menumpahkan darah di dalamnya. Ada yang mengatakan, bahawa ia adalah khalifatullah, dengan pengertian bahawa ia sebagai khalifah (utusan Allah) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya, kerana ia adalah utusan Allah yang pertama. Demikianlah yang kami yakini.

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah s.a.w tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."

Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?'

Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'" (QS. al-Baqarah: 30)

Berkenaan dengan ayat tersebut, para mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Manar disebutkan: "Sesungguhnya ayat- ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, di lihat dari ketentuan dialog (at-Takhathub) ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil bagi-Nya. Di samping itu, ia juga mengandung pemberitahuan dari-Nya kepada para malaikat yang kemudian diikuti dengan penentangan dan perdebatan dari mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT dan bagi para malaikat-Nya. Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang lain."

Sedangkan dalam tafsir al-Jami' li Ahkamil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada para malaikat-Nya, bahawa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka akan membuat kerosakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, " (QS. al-Baqarah: 30)

Mereka bertanya: "Apakah ini adalah khalifah yang Engkau ceritakan kepada kami bahawa mereka akan membuat kerosakan di muka bumi dan menumpahkan darah, ataukah khalifah selainnya?" Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya para malaikat melalui fitrah mereka yang suci yang tidak membayangkan kecuali kebaikan dan kesucian, mereka mengira bahawa tasbih dan menguruskan Allah adalah puncak dari segala wujud. Puncak ini terwujud dengan adanya mereka, sedangkan pertanyaan mereka hanya menggambarkan kehairanan mereka, bukan berasal dari penentangan atau apa pun juga."

Kita melihat bagaimana para mufasir berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT menyingkapkan kedalaman dari Al-Quran pada masing-masing dari mereka. Kedalaman Al-Quran sangat mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya dialog, suatu gaya yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahawa Allah SWT berfirman:

"Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.' Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)

Apakah seseorang membayangkan bahawa Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan bumi dan langit pun menjawabnya sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT menggambarkan apa yang terjadi dengan gaya dialog hanya untuk meneguhkan dalam fikiran dan menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam kisah Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.

Kita membayangkan bahawa Allah SWT ketika menetapkan penciptaan Nabi Adam, Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya dengan tujuan agar mereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah SWT dari hal yang demikian itu. Allah SWT memberitahukan mereka bahawa Dia akan menjadikan seorang hamba di muka bumi, dan bahawa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerosakan di muka bumi dan menumpahkan darah di dalamnya. Lalu para malaikat yang suci mengalami kebingungan. Bukankah mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahsia hal tersebut, dan apa hikmah Allah dalam masalah ini? Kebingungan malaikat dan keinginan mereka untuk mendapatkan kemuliaan sebagai khalifah di muka bumi, dan kehairanan mereka tentang penghormatan Adam dengannya, dan masih banyak segudang pertanyaan yang tersimpan dalam diri mereka. Namun Allah SWT segera menepis keraguan mereka dan kebingungan mereka, dan membawa mereka menjadi yakin dan berserah diri. Firman-Nya:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut menunjukkan keluasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang kerananya mereka dapat berserah diri dan meyakini kebenaran kehendak Allah. Kita tidak membayangkan terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk pengutusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat- Nya. Dan kita meyakini bahawa dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri berkenaan dengan keinginan mereka untuk mengembang khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu mereka bahawa tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.

Sesungguhnya tasbih pada Allah SWT dan menyucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di alam wujud, namun khilafah di muka bumi bukan hanya dilakukan dengan hal itu. Ia memerlukan karakter yang lain, suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah baginya kesalahan. Kebingungan atau kehairanan ini, dialog yang terjadi dalam jiwa para malaikat setelah diberitahu tentang penciptaan Nabi Adam, semua ini layak bagi para malaikat dan tidak mengurangi kedudukan mereka sedikit pun. Sebab, meskipun kedekatan mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukan mereka sebagai hamba Allah SWT di mana mereka tidak mengetahui ilmu Allah SWT dan hikmah-Nya yang tersembunyi, serta alam ghaibnya yang samar. Mereka tidak mengetahui hikmah-Nya yang tinggi dan sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.

Setelah beberapa saat para malaikat akan memahami bahawa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeza dengan mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeza dengan haiwan- haiwan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan darah dan membuat kerosakan. Sesungguhnya Nabi Adam akan menjadi ciptaan baru dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang tidak ada seorang pun mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibnu Abbas membaca ayat tersebut: "Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan Allah SWT dengan para malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam kisah ini dengan ucapan, pertanyaan, dan jawapan. Kita tidak mengetahui hakikat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui bahawa dialog tersebut tidak terjadi sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita, manusia."

Para malaikat mengetahui bahawa Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahawa Dia akan menciptakan manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus difahami bahawa sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, kerana sujud ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.' Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. ' Lalu seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri dan dia termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)

Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah dari bumi; di dalamnya terdapat yang berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh kerana itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam. Allah SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di dalamnya.

Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak mahu bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:

"Allah berfirman: 'Hai Iblis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi? 'Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, kerana Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari syurga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Iblis berkata: 'Ya Tuhanku, bertangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'" (QS. Shad: 75-83)

Nabi Adam mengikuti peristiwa yang terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa takut, dan kebingungan. Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dan memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud kepadanya. Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu membayangkan bahawa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang menunjukkan bahawa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahawa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT kerana Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahawa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mati. Namun Allah SWT mengetahui bahawa ia akan tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahawa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab: "Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil kerana para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun iblis ia terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahawa jin dapat beriman dan dapat juga menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini bererti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan. Nabi Adam menyaksikan secara langsung - setelah penciptaannya - kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggungjawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam.

Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT mengetahui bahawa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahawa keingkaran orang-orang kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada- Nya tidak bererti mengurangi kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak bererti menambah kebesaran kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.

Adam menyedari bahawa kebebasan di alam wujud adalah merupakan kurniaan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahawa iblis adalah simbol kejahatan di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahawa para malaikat adalah simbol kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikmah penciptaannya, dan rahsia penghormatannya. Allah SWT berfirman:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)

Allah SWT memberinya rahsia kemampuan untuk meringkas sesuatu dalam simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon, ini awan, dan seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang di maksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar juga diwariskan kepada anak- anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan inilah rahsia di balik penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. " (QS. al-Baqarah: 31)

Yang dimaksud adalah kebenaran mereka untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah SWT tentang kelemahan mereka untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap ketidakmampuan mereka:

"Maha Suci Engkau." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, kami menyucikan-Mu dan mengagungkan-Mu.

"Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)

Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu kepada Allah SWT. Allah SWT berkata kepada Adam:

"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)

Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka setiap benda yang Allah SWT tunjukkan kepada mereka dan mereka tidak mengenali nama-namanya:

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab:

'Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)

Allah SWT ingin berkata kepada para malaikat, bahawa Dia mengetahui kehairanan yang mereka tunjukkan, ketika Dia memberitahu mereka tentang penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang mereka sembunyikan dan sebagaimana juga Dia mengetahui kemaksiatan dan pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.

Para malaikat menyedari bahawa Nabi Adam adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami rahsia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu, pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan pengubahannya dan penguasaannya, serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu mated di muka bumi.

Adalah hal yang maklum bahawa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan pencapaian ilmu yang dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia terbang sayap yang lain mencegahnya.

Nabi Adam mengetahui semua nama-nama dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun para malaikat disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh kerana itu, Adam merasa kesepian. Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian terjadilah dialog di antara mereka:

Adam berkata: "Mengapa kamu berada di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia menjawab: 'Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan aku darimu saat kamu tidur." Adam bertanya: "Mengapa Allah menciptakan kamu?" Ia menjawab: "Agar engkau merasa tenteram denganku." Adam berkata: "Segala puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."

Para malaikat bertanya kepada Adam tentang namanya. Nabi Adam menjawab: "Namanya Hawa." Mereka bertanya: "Mengapa engkau menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam berkata: "kerana ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."

Nabi Adam adalah makhluk yang suka kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya kepada Hawa, di mana ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga Hawa mencintainya. Allah SWT berfirman:

"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, tinggallah kamu dan isterimu di syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al- Baqarah: 35)

Kita tidak mengetahui tempat syurga ini. Al-Quran tidak membicarakan tempatnya, dan para mufasir berbeza pendapat tentang hal itu. Sebahagian mereka berkata: "Itu adalah syurga yang bakal dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun sebahagian lagi menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa maka iblis tidak dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di dalamnya. Sebahagian lagi mengatakan: "Ia adalah syurga yang lain, yang Allah ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga yang berpendapat bahawa ia adalah syurga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di tempat yang tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.

Nabi Adam dam Hawa memasuki syurga dan di sana mereka berdua merasakan kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di syurga dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di syurga bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan muzik alam sebelum ia mengenal bahawa alam akan disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki syurga:

"Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)

Nabi Adam dan Hawa mengerti bahawa mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam.

Apakah aku akan menunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut, barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam syurga.

Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahawa Allah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahawa iblis adalah musuh mereka sejak dahulu. Nabi Adam menghulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan buah terlarang itu.

Allah SWT berfirman:

"Dan derhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahawa Hawa menggoda Nabi Adam yang kerananya ia bertanggungjawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Quran tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan kerana kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitarya dan berhentilah muzik indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahawa ia tak berpakaian, demikian juga isterinya. Akhirnya, ia mengetahui bahawa ia seorang lelaki dan bahawa isterinya seorang wanita. Ia dan isterinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari syurga.

Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari syurga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. kerana ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahawa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)

Kemudian Allah SWT menceritakan kisah tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam selama keberadaannya di syurga dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.

Allah SWT berfirman:

"Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemahuan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali Iblis. la membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari syurga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan di timpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan fikiran jahat kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, mahukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) syurga, dan derhakalah Adam dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari syurga bersama-sama, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)

Sebahagian orang menganggap bahawa Nabi Adam keluar dari syurga kerana kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah anggapan yang tidak benar kerana Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di syurga."

Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunan kemuliaan sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahawa Nabi Adam dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi. Allah SWT juga mengetahui bahawa setan akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui - begitu juga keturunan mereka -  bahawa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari syurga, dan bahawa jalan menuju syurga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.

Apakah dikatakan kepada kita bahawa manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahawa Nabi Adam terpaksa atau dipaksa untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari syurga dan kemudian turun ke bumi? Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari anggapan pertama. Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang kerananya ia mengembang tanggung jawab dari perbuatannya. Ia derhaka dan memakan buah tersebut sehingga Allah SWT mengeluarkannya dari syurga. Maksiat yang dilakukannya tidak berlawanan dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada kebebasannya. Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia mengetahui sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu bererti cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang memaksa. Dengan kata lain, Allah SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi Dia tidak mencegahnya atau mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan kepada hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di dalamnya.

Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia memahami bahawa iblis adalah musuhnya. Secara pasti ia mengerti bahawa iblis adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab kehancurannya. Ia mengerti bahawa Allah SWT akan menyeksa seseorang jika ia berbuat maksiat, dan bahawa jalan menuju ke syurga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia memahami bahawa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih. Allah SWT mengajari mereka agar beristighfar dan mengucapkan:

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al- A'raf: 23)

Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari syurga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari syurga sebelum kenabiannya, sedangkan di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan kenabian mereka.

Nabi Adam mengetahui bahawa ia meninggalkan kedamaian ketika keluar dari syurga. Di bumi ia harus menghadapi penderitaan dan pergelutan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta melindungi isterinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari syurga, yaitu syaitan. Di bumi, syaitan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan barang siapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis, maka ia akan bersamanya di neraka.

Nabi Adam mengerti semua ini. Ia menyedari bahawa penderitaan akan menyertai kehidupannya di atas bumi. Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahawa ia menjadi penguasa di bumi, yang kerananya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu perut seorang lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang lelaki dan seorang perempuan, maka dihalalkan perkahwinan antara anak lelaki dari perut pertama dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.

Nabi Adam mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan kecenderungan pertama dari anaknya terhadap pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan yang pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudara kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh saudaranya yang baik. Allah berfirman:

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terimalah dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS. al-Maidah: 27)

Dikatakan bahawa pembunuh ingin merebut isteri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi Adam memerintahkan mereka berdua untuk menghadirkan korban lalu setiap dari mereka menghadirkan korban yang dimaksud. Allah SWT menerima korban dari salah satu dari mereka dan menolak korban yang lain:

"Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam. (QS. al-Maidah: 27-28)

Perhatikanlah bagaimana Allah SWT menyampaikan kepada kita kalimat- kalimat yang diucapkan oleh anak Nabi Adam yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam, namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:

Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang- orang yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)

Selesailah percakapan antara mereka berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang berserakan di tanah. Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara kandungnya yang sedang tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan dengan keras dan cepat. Anak laki-laki baik itu tampak pucat wajahnya ketika melihat darah mengucur darinya, lalu ia bangun. Ia bermimpi saat tidur. Lalu si pembunuh menghantam saudaranya sehingga tidak tampak lagi gerakan dari tubuhnya. Si pembunuh puas bahawa saudara kandungnya benar-benar mati. Pembunuh itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.

Rasulullah saw bersabda: "Setiap orang yang membunuh jiwa yang tak berdosa maka anak Adam yang pertama akan juga menanggung dosanya kerana ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa yang akan dikatakannya terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya tentang hal itu. Nabi Adam mengetahui bahawa mereka berdua keluar bersama-sama lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap saudaranya itu di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan jasadnya, dan di mana ia dapat membuangnya? Saudaranya yang terbunuh itu merupakan manusia yang pertama kali mad di muka bumi sehingga tidak diketahui bagaimana cara menguburkan orang yang mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah dengan suara burung yang berteriak sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu menoleh dan menemukan seekor burung gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak yang mati. Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah lalu ia mulai menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia mengangkatnya dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan. Lalu ia menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan kembali berteriak. Si pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara kandungnya dan kemudian berteriak:

"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)

Ia mulai merasakan kesedihan yang sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera menyadari bahawa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu dan iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah tubuh si pembunuh dan ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan saudara kandungnya. Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:

"Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata." (QS. al-Qashash: 15)

Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam atas hilangnya salah satu anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain dikuasai oleh syaitan. Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar berhati-hati darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis kepada mereka, dan menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega membunuh saudara kandungnya sendiri.

Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana dahan- dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh bahawa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya bergoncang. Sementara itu, di langit tampak bahawa bintang-bintang juga bergoncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahawa Nabi Adam akan mati.

Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi Adam. Nabi Adam tertidur dengan janggutnya yang putih dan wajahnya yang bersinar di atas tempat tidur dari dahan-dahan pohon dan bunga-bunga. Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahawa hanya ada satu perahu keselamatan bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya. Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT.

Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahawa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat- mukjizat yang berbeza-beza. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.

Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga syurga.

Banner Link Sahabat